Menurut sejarah, penamaan Singaparna berasal dari nama seorang ulama bernama Eyang Singaparna. Eyang Singaparna merupakan salah seorang abdi dari Sunan Gunung Jati yang ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam hingga tiba di Sukapura (Tasikmalaya). Dalam misi penyebaran agama Islam, Eyang Singaparna sempat melakukan semedi dan doa, kemudian mendapatkan ilham untuk mendiami satu tempat yang pada saat ini kita kenal dengan Kampung Naga.
Eyang Singaparna dikenal sebagai sosok yang alim dan bijaksana. Ia memiliki banyak murid yang berasal dari berbagai daerah. Eyang Singaparna juga dikenal sebagai seorang ahli pengobatan tradisional. Setelah Eyang Singaparna wafat, namanya tetap diabadikan oleh masyarakat setempat. Nama Eyang Singaparna kemudian menjadi nama sebuah wilayah, yaitu Singaparna.
Selain itu, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa penamaan Singaparna berasal dari kata "singa" dan "parna". Kata "singa" memiliki arti "pahlawan" atau "kesatria", sedangkan kata "parna" memiliki arti "pohon beringin".
Menurut pendapat ini, Singaparna berarti "pahlawan yang bernaung di bawah pohon beringin". Pendapat ini didasarkan pada keberadaan pohon beringin yang besar dan rindang di Kampung Naga. Pohon beringin tersebut dipercaya sebagai tempat bersemayamnya Eyang Singaparna. Terlepas dari pendapat mana yang benar, nama Singaparna telah menjadi bagian dari sejarah dan identitas masyarakat Tasikmalaya. Singaparna merupakan kota yang memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di Tatar Pasundan
Desa Singaparna merupakan salah satu dari 10 desa yang berada di wilayah Kecamatan Singaparna dengan kategori Desa Mandiri sejak tahun 2019. Sebelumnya Desa Singaparna meliputi wilayah yang cukup luas namun pada tahun 1982 dipecah menjadi 2 wilayah Desa yaitu Desa Singasari dan Desa Singaparna.